Juventus berhasil memangkas biaya personel & amortisasi turun dari 475 juta euro (2020/21) menjadi 364 juta euro (2023/24). Utang kotor juga berkurang dari 937 juta euro (2019/20) menjadi 638 juta euro (2023/24).
Adapun Inter memangkas biaya operasional turun dari 370 juta euro (2020/21) menjadi 271 juta euro (2023/24) dan utang kotor berkurang dari 881 juta euro (2021/22) menjadi 734 juta euro (2023/24).
Lalu bagaiman struktur utang yang menunjukkan tim mana yang lebih sehat secara finansial?
Baca Juga:Victor Osimhen Lebih Dekat ke Manchester United daripada Arsenal atau ChelseaBosan Jadi Korban Rasisme, Vinicius Junior Pertimbangkan Hengkang ke Arab Saudi
Juventus memiliki utang anjak piutang sekitar 215 juta euro, dengan 187 juta euro jatuh tempo pada 2027.
Posisi keuangan bersih negatif sebesar -242 juta euro, membaik dari -340 juta euro per 30 Juni 2023.
Setelah suntikan modal 200 juta euro pada April lalu, ekuitas bersih Juventus mencapai 40,2 juta euro.
Inter memilki utang finansial bersih mencapai 277 juta euro, meskipun masih memiliki likuiditas sekitar 115 juta euro.
Ekuitas bersih konsolidasi masih negatif -99,7 juta euro per 30 Juni 2023, meskipun membaik dari -161,9 juta euro di tahun sebelumnya.
Inter juga berhasil memanfaatkan kebijakan khusus pemerintah Italia terkait pandemi COVID-19 untuk menunda pencatatan kerugian hingga tahun fiskal 2027, yang sebagian telah ditutupi melalui kontribusi modal baru.
Dalam lima musim terakhir, kedua klub terus mengalami kerugian besar dimana Juventus mencatat defisit kumulatif mencapai -862 juta euro dan Inter mengalami defisit kumulatif sebesar -609 juta euro.
Baca Juga:Kolo Muani: Duel Juventus vs Inter Akan Jadi Panggung Pembuktian Nyonya TuaLakoni Laga Sulit Kontra Napoli, Matteo Guendouzi Minta Lazio Berjuang Demi Liga Champions
Saat ini, Exor Group (milik keluarga Agnelli-Elkann) menyuntikkan dana lebih dari 900 juta euro sejak 2019/20 melalui tiga peningkatan modal.
Sedangkan Inter masih mengandalkan pinjaman 275 juta euro dari Oaktree Capital untuk menopang keuangan, sebagai imbas dari kesulitan finansial grup Suning.
Pada akhirnya, Derby d’Italia bukan hanya soal rivalitas di lapangan, tetapi juga pertarungan dua model bisnis yang berbeda.
Juventus lebih stabil berkat dukungan kuat dari Exor, sementara Inter berupaya bangkit melalui efisiensi finansial dan kinerja impresif di kompetisi Eropa.
Meski keduanya masih bergulat dengan masalah keuangan, pertandingan ini tetap menjadi ajang unjuk gigi bagi dua raksasa Serie A, baik di lapangan hijau maupun di laporan keuangan mereka.
Walaupun Juventus lebih sehat secara keuangan, tetapi jelas lebih kuat Inter di lapangan.