Waduh, Stunting di Kota Tasik Ada Ribuan Balita, Inilah Penyebabnya

Stunting di Kota Tasikmalaya
Ketua DPC Persagi Kota Tasikmalaya Otong Kusmana SKM MPH mengikuti talkshow Semangat Pagi di Radar Tasikmalaya TV yang dipandu host Asara Asmara. (Tangkapan Layar Radar Tasikmalaya TV)
0 Komentar

RADARSPORTS.ID – Stunting di Kota Tasik. Waduh, kok kata itu jadi sering terdengar diucapkan. Hebohnya pun tingkat nasional. Presiden Joko Widodo sampai menerbitkan Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 72 Tahun 2021 tentang Penurunan Stunting.

Jadilah stunting di Indonesia akrab dalam percakapan para menteri, gubernur, bupati, wali kota, camat, lurah/kepala desa, ketua RW dan ketua RT sampai kader posyandu. Mereka seperti bersahutan mengucapkan kata stunting.

Apalagi di daerah yang angka stunting tinggi. Termasuk angka stunting di Kota Tasik ada ribuan balita.

Baca Juga:Man City Terancam Diusir dari Liga Premier, Guardiola: Lusa Saya Tidak Ada di SiniTips Latihan Treadmill yang Benar

Laporan stunting yang tertera di website tasikmalayakota.go.id, berdasarkan data Elektronik Pencatatan Pelaporan Gizi Berbasis Masyarakat (E-PPGBM) per tanggal 20 Nopember 2022, tercatat 5.769 atau 12,87%  balita stunting di Kota Tasik.

Sibuklah para pemangku kebijakan di Kota Tasik. Berupaya menurunkan angka stunting itu. Sampai ada kebijakan setiap organisasi perangkat daerah (OPD) jadi orang tua asuh bagi balita stunting.

Apa itu stunting?

Pengertian stunting, dalam Perpres Nomor 72 Tahun 2021, stunting artinya gangguan pertumbuhan dan perkembangan anak akibat kekurangan gizi kronis dan infeksi berulang.

Ciri-ciri stunting menurut perpres itu, panjang atau tinggi badannya berada di bawah standar ketetapan menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang kesehatan.

Apa dampak stunting? Kenapa angka stunting di Kota Tasik bisa ada ribuan balita?

Ketua DPC Persagi Kota Tasikmalaya Otong Kusmana SKM MPH dalam talkshow Semangat Pagi di Radar Tasikmalaya TV menuturkan dampak stunting bagi keluarga akan terasa di masa depan.

”Kita punya anak (stunting) bukannya membantu kita saat usia dewasanya. Malah mungkin menjadi beban keluarganya. Nah ini yang dikhawatirkan oleh kita semua. Harus fokus tangani stunting,” tutur Otong Kusmana.

Baca Juga:Mengecilkan Perut dengan Berjalan KakiPrediksi Nuremberg vs Fortuna Dusseldorf di DFB Pokal, Head to Head, Statistik, Susunan Pemain dan 5 Pertandingan Terakhir

Anak stunting, menurut Otong Kusmana, nanti tumbuhnya kurang tinggi dari ukuran standar. Juga kepintarannya kurang maksimal. Ini merupakan ancaman bagi pertumbuhan generasi masa depan.

Otong Kusmana menambahkan, pencegahan stunting bisa sejak dini. Tetapi harus melibatkan semua pihak. Mulai keluarga ibu hamil, ibu hamilnya sendiri, lingkungan, juga pemerintah.

0 Komentar