Koordinator aliansi Bobotoh Tasikmalaya Dede Persib mengatakan bahwa salat gaib dan doa bersama tersebut sebagai bentuk bela sungkawa atas insiden di Kanjuruhan. Tentunya peristiwa tersebut sangat tidak diharapkan terjadi. ”Kami juga merasa terpukul,” ujarnya.
Di sisi lain hal itu juga jadi bahan evaluasi bagi dia dan rekan-rekannya sebagai suporter Persib. Supaya bisa lebih mengedepankan keamanan ketimbang fanatisme kepada tim. ”Kepada adik-adik ditekankan agar menonton sesuai aturan yang ada,” tuturnya.
Pihaknya berharap tragedi maut dalam dunia sepak bola tidak sampai terulang lagi. Tentunya bukan hanya dari sisi suporternya, namun juga pihak penyelenggara dan juga petugas keamanan. ”Semoga ini jadi yang pertama dan terakhir,” katanya.
Baca Juga:Inter Tak Boleh Lagi Menghadiahkan Scudetto kepada MilanShevchenko Prediksi Laga Chelsea vs Milan di Liga Champions
Menurut Dede, selain menjatuhkan banyak korban jiwa, banyak efek negatif yang ditimbulkan dari kejadian tersebut. Dari mulai terhambatnya Liga 1, sampai Indonesia yang terancam kena sanksi FIFA selaku federasi sepak bola dunia. ”Sekarang kan timnas lagi bagus, penontonnya lagi antusias, sangat disayangkan kalau sampai di-banned oleh FIFA,” ucapnya.
Selain salat gaib bersama polisi, aliansi Bobotoh juga punya kegiatan khusus terkait tragedi Kanjuruhan ini. Salah satunya yakni renungan malam di kawasan Taman Kota sebagai bentuk refleksi. ”Kita baca puisi dan orasi-orasi,” tuturnya.
Wakapolres Tasikmalaya Kota Kompol Agus Syafarudin SE MH bahwa secara institusi, kepolisian pun ikut berduka atas kejadian tersebut. Di mana banyak korban berjatuhan dari mulai suporter sampai aparat. ”Karena ada anggota kepolisian juga yang meninggal dunia,” tuturnya.
Dari sisi pengamanan, tragedi itu juga jadi bahan pembelajaran bagi instansi kepolisian. Karena di Tasikmalaya pun terdapat Stadion Wiradadaha yang kerap dijadikan tempat pertandingan sepak bola. ”Pasti itu jadi ibrah (pelajaran), ilmu dan pengalaman bagi kita,” ucapnya.
Tentunya bukan hanya di Tasikmalaya saja, dia berharap kejadian serupa tidak pernah terjadi di mana pun. Karena pada dasarnya sepak bola merupakan olahraga sekaligus hiburan. ”Baik di Tasik, di Indonesia di mana pun jangan sampai terjadi lagi,” ujarnya. (Rangga Jatnika)