”Anak stunting awal lahir terdeteksi. Kalau lahir kurang dari 48 cm (panjangnya), ini punya risiko ke depan stunting. Kurang gizi,” tutur Otong Kusmana, Ketua DPC Persatuan Ahli Gizi Indonesia Kota Tasikmalaya.
Dalam talkshow Semangat Pagi dengan host Asara Asmara, Otong Kusmana menjelaskan, rasa khawatir dari para ibu hamil anaknya akan stunting, harus jadi motivasi mereka membangkitkan kewaspadaan.
”Waspada agar anak lahir tidak kuramg dari 48 cm,” ujar Otong Kusmana.
Baca Juga:Man City Terancam Diusir dari Liga Premier, Guardiola: Lusa Saya Tidak Ada di SiniTips Latihan Treadmill yang Benar
Pemerintah, kata Otong Kusmana, harus berinvestasi besar-besaran untuk menuntaskan stunting. Sebab akan menguntungkan negara di masa depan.
”Investasi menangani stunting dampaknya 48 kali keuntungan di masa depan,” jelas Otong.
Masalah gizi, lanjut Otong Kusmana, adalah pintu masuk stunting. Cara mendeteksinya dari berat badan. Mulai waspada bila timbangan anak naik, tapi tidak sampai ke batas yang pemerintah anjurkan.
”Satu bulan, kata Otong, timbangan anak naik 900 gram. Kalau 500 gram nambahnya harus diwaspadai (terjadi) kemungkinan penurunan imun. Anak akan banyak sakit,” ucap Otong Kusmana.
”Jadi cara paling mudah lihat kenaikan berat badan. Catat! Tiap bulan upayakan anak naik berat badannya. Tanpa sakit. Kalau sakit nerst badannya diambil oleh impleksi yang sakit. Berat badannya berkurang,” tutur Otong Kusmana.
Otong Kusmana pun menyampaikan solusi penanganan stunting:
- Kuatkan oleh kita dan pemerintah soal gizi. Alat ukur ada di posyandu. Pemerintah harus cukupi alat apomo metrik (alat ukur stunting) untuk mengukurnya.
- Kalau alat ukur sudah tersedia, upayakan semua kader terlatih untuk bisa mengukur dengan apomo metrik. Alat ukur dan cara ukur yang tepat sebagai senjata awal pencegahan stunting.
- Pemerintah harus menyediakan jaminan gizinya. Intervensi yang paling mudah adalah makanan tambahan. Setiap bulan, setiap tahun tersedia. Itu yang namanya jaminan asupan gizi.