RADARSPORT.ID – Pelatih Atalanta, Gian Piero Gasperini, menuding bahwa aturan sepak bola modern telah rusak setelah timnya kalah 1-2 dari Club Brugge di leg pertama play-off 16 besar Liga Champions.
Bertandang ke Belgia, Atalanta menghadapi tekanan berat dari tim tuan rumah yang bermain dengan pressing ketat dan tempo tinggi.
Brugge membuka keunggulan lebih dulu setelah Jutglà menerima umpan matang dan menaklukkan Rui Patrício lewat sundulan akurat di dalam kotak penalti.
Baca Juga:Barcelona Gagalkan Upaya Manchester United Curi Bintang La MasiaAC Milan Ditaklukkan Feyenoord 1-0, Conceicao Tak Kapok Gunakan Formasi Fantasia 4-4-2
Namun, La Dea perlahan menemukan ritme permainan mereka dan menjelang akhir babak pertama, Mario Pašalić berhasil menyamakan kedudukan dengan sundulan setelah menerima umpan silang dari Davide Zappacosta.
Di babak kedua, Atalanta tampil lebih dominan dan nyaris berbalik unggul lewat Lazar Samardžić, tetapi tendangannya meleset tipis di atas mistar gawang.
Petaka datang di menit akhir. Wasit asal Turki, Umut Meler, menunjuk titik putih setelah striker Brugge, Gustaf Nilsson, terjatuh di dalam kotak penalti usai berduel dengan Isak Hien.
Keputusan ini langsung menuai kontroversi karena dari tayangan ulang, Hien terlihat hanya menyentuh ringan hidung Nilsson.
Nilsson sendiri yang menjadi eksekutor sukses menaklukkan Rui Patrício, memastikan kemenangan 2-1 bagi tuan rumah.
Dalam konferensi pers pasca-pertandingan, Gasperini tak bisa menyembunyikan amarah dan kekecewaannya atas keputusan wasit yang dianggapnya sebagai hadiah untuk Brugge.
“Kami datang untuk menang dan bermain baik. Tapi tiba-tiba penalti ini menghancurkan semuanya. Itu hadiah cuma-cuma untuk Brugge!” kata Gasperini, dikutip dari Tuttomercato.
Baca Juga:Legenda AC Milan Setuju Usulan Collina tentang Perubahan Aturan Penalti: Ini Akan Jadi Duel Kiper dan StrikerPelatih Porto Bangga Menghadapi Ranieri: "Saya Menontonnya di TV Saat Berusia 12 Tahun"
Pelatih berusia 66 tahun itu juga mengecam tren sepak bola modern yang menurutnya semakin tidak memiliki kepastian dalam aturan.
“Masalah ini bermula dari sistem di Italia. Sepak bola sekarang sudah berubah total, dikendalikan oleh orang-orang yang mendistorsi aturan,” ujarnya.
“Tidak ada lagi kepastian dalam keputusan wasit. Kontak kecil bisa menghasilkan penalti atau kartu kuning. Ini bukan lagi olahraga yang dulu kita kenal. Sepak bola sekarang setengah-setengah, di mana semua orang hanya mencari cara untuk mendapatkan keuntungan dari situasi saat ini,” sesalnya.