Pelatih Legendaris Sacchi Ceritakan Kejayaannya di Milan

Pelatih Legendaris Sacchi Ceritakan Kejayaannya di Milan
BERBINCANG. Mantan bek Liverpool Jamie Carragher berbincang bersama mantan pelatih legendaris AC Milan Arrigo Sacchi, Senin (25/10/2021). FOTO: Twitter Jamie Carragher
0 Komentar

“Ajax—tim total football—adalah pengaruh besar. Dan ketika saya masih kecil, saya menyukai Real Madrid dari Di Stefano, Puskas dan Gento. Sepak bola bagi saya selalu menjadi tontonan, sebuah tontonan. Tujuannya adalah untuk menghibur. Menang tanpa gaya bukanlah kemenangan sama sekali,” tuturnya.

Mantan pelatih mengubah segalanya di Milan dan membantu mengarahkan para pemain yang saat itu tidak berpengalaman ke puncak sepak bola Eropa, yang berarti ide-idenya diminati di seluruh benua.

Sacchi mengungkapkan bahwa dia diundang oleh FA Inggris untuk berbicara tentang Rossoneri dan mengklaim dia masih bisa melihat metodenya digunakan di Inggris.

Baca Juga:Gagliardini: Scudetto Realisasi dari MimpiSolskjaer Merapat ke Dewan Manchester United

“Suatu kali, saya diundang ke Inggris oleh FA, untuk berbicara tentang tim Milan saya,” ujar Sacchi. “Ada waktu lain ketika sekelompok pelatih Prancis datang untuk menonton tim saya berlatih: Gerard Houllier, Luis Fernandez, Arsene Wenger. Mereka mengatakan mereka belum pernah melihat tim bekerja begitu keras,” tuturnya.

Pep dan Klopp Terbaik di Dunia

Pelatih berusia 75 tahun itu menunjuk Inggris ketika ditanya tentang pelatih terkuat di dunia, terlepas dari kembalinya Max Allegri, Luciano Spalletti, Jose Mourinho dan Maurizio Sarri di Serie A.

“Inggris sekarang memiliki pelatih terbaik di dunia,” katanya. “Pep dan (pelatih Liverpool) Klopp adalah dua pemain hebat yang memungkinkan sepak bola bergerak maju. Tanpa pelatih seperti itu, sepak bola mati,” ujarnya.

“Saya menyaksikan Liverpool bermain melawan Barcelona dan saya emosional. Saya emosional karena itu bukan hanya kemenangan tim, itu adalah seluruh kota. Di kehidupan selanjutnya, saya ingin menjadi pelatih di Inggris,” tuturnya.

“Kecerdasan sepak bola para penggemar selalu berbeda di Inggris. Namun saya khawatir karena klub-klub itu dibeli oleh orang-orang dari Amerika dan Timur Tengah yang tidak sepaham itu,” ucapnya.

“Pelajaran Milan telah dipelajari dan dikembangkan di mana-mana kecuali Italia. Nabi tidak pernah diterima di negaranya sendiri,” katanya. (Sandy AW)

0 Komentar